Selasa, 03 Agustus 2010

model bisnis

Ahmad Gozali , ahli perencana keuangan keluarga, memberi tips sebelum memulai usaha:

• Memikirkan untung rugi
Apakah kegiatan usaha atau pekerjaan yang ditekuni justru lebih banyak menghabiskan uang dibandingkan jika tidak bekerja?. Misalnya, wirausaha membuat ibu harus mengeluarkan biaya untuk pemakaian telepon, listrik, biaya transportasi dan sebagainya, sehingga jika dihitung justru mendatangkan kerugian. Selain untung-rugi secara material, untung-rugi nonmaterial juga diperhitungkan. Misalnya, apakah usaha yang dijalankan membuat ibu justru kerap meninggalkan anak-anak?

• Menyiapkan modal usaha
Modal usaha dapat diperoleh melalui sebuah perencanaan matang, yaitu dengan menyisihkan sejumlah uang setiap bulan sehingga pada saat direncanakan, tabungan dapat digunakan sebagai modal. Sebaiknya modal juga merupakan tabungan yang sama sekali tidak dialokasikan untuk biaya tak terduga, dana darurat, maupun tabungan-tabungan bertujuan lain. Untuk ini Anda juga perlu mencermati risiko plus-minus berhutang. Konsultasikan hal ini pada ahli keuangan.

• Sesuai minat .
Bidang usaha yang dikuasai dan diminati dapat mengurangi faktor risiko.

• Melihat kebutuhan pasar
Cermati kompetitor. Apakah ada kompetitor dengan bidang usaha yang sama di lingkungan tempat ibu berusaha? Bagaimana animo masyarakat terhadap bidang usaha tersebut?

• Kreatif mencari diferensiasi usaha
Jika bidang usaha yang akan ibu lakukan banyak dijalankan beberapa kompetitor, cobalah kreatif mencari diferensiasi dari usaha yang sama. Seperti Yayu yang menyediakan buku bacaan bermutu dan alat komunikasi di setiap mobil antar-jemputnya. Atau, Indira yang menyediakan paket kursus spesial liburan.

• Mengantisipasikan berbagai masalah . Siapkan berbagai alternatif cara mengatasi masalah.

• Mulai dari yang kecil dan tidak butuh banyak modal.
Usaha yang dimulai dari rumah biasanya lebih memudahkan ibu menjalankannya dengan risiko relatif lebih kecil dibanding menyewa tempat di luar rumah.

Inspirational Peoples » Usaha Kita

Berbisnis tidak harus bermodal belasan juta rupiah. Tak pula harus dengan menyewa ruangan besar segala. Anda bisa berbisnis di rumah, dengan modal yang murah. Berikut beberapa contoh bisnis praktis dan sederhana yang bisa Anda jalankan tanpa modal besar sebagai berikut.

BISNIS DI BIDANG JASA

Jasa cuci sepeda motor
Usaha salon mobil dan montir panggilan ke rumah konsumen. Anda hanya menyiapkan peralatan dan mencari tenaga kerjanya, sementara pemasarannya dapat melalui iklan, sebar brosur, pamflet, dan lainnya. Usaha ini tidak memerlukan tempat khusus atau showroom.
Biro jasa pengurusan SIM, STNK, dan izin usaha.
Agen penyaluran baby sitter dan pembantu rumah tangga.
Jasa servis panggilan TV, AC, pompa air, dan kulkas.
Jasa video shooting dan transfer gambar ke VCD.
Jasa untuk membersihkan rumah, apartemen, atau sofa.
Jasa kurir serba guna. Di kota besar orang semakin sibuk dan jalanan macet. Mereka membutuhkan kurir yang bisa disuruh kapan saja tanpa harus menggaji secara bulanan.
Jasa laundry (termasuk mencuci boneka dan karpet).
Jasa pelayanan badut untuk pesta anak.
Konsultan dekorasi pesta, kafetaria, dan bisnis lainnya.
Jasa info kost-kostan atau rumah kontrakan. Anda cukup meminta informasi dari para pemilik kost atau rumah kontrakan untuk Anda iklankan dengan fee yang sesuai. Jasa cuci sepeda motor

BISNIS DI BIDANG TELEKOMUNIKASI

Agen voucher isi ulang pulsa telepon seluler.
Agen penjualan barang seperti telepon seluler atau produk elektronika. Anda bisa menawarkan melalui katalog, tanpa perlu membuat showroom(toko). Ada pembeli, barang dikirim. Anda pun mendapatkan fee.
Jual beli HP bekas.

BISNIS DI BIDANG MAKANAN DAN MINUMAN

Agen jamu tradisional atau obat tradisional untuk penyakit tertentu.
Menitipkan krupuk aneka rasa ke toko-toko yang ada.
Menjual makanan khas daerah tertentu untuk sarapan dengan cara dititipkan ke beberapa pedagang/warung. Contoh: nasi Bronan (khas Lamongan), nasi Krawu (khas Gresik).
Kursus menghias kue ulang tahun dan kue pengantin.
Membuka kafe kecil-kecilan yang menjual minuman segar dan makanan-makanan ringan.
Membuka warung serba ada di depan rumah yang bisa ditambah dengan mem-buka wartel (bisa 1-2 KBU atau lebih).

BISNIS DI BIDANG OTOMOTIF

Bisnis aksesoris mobil.
Membuka bengkel sepeda motor untuk memperbaiki ban bocor, rantai motor yang rusak, dsb.
Membuka rental motor.

BISNIS DI BIDANG AKSESORIS

Pembuatan kartu ulang tahun dan undangan pernikahan
Menitipkan hasil kerajinan tangan seperti rajutan, pernak pernik hiasan rambut, pigura cantik atau hiasan kamar di mall-mall atau toko-toko aksesoris yang ada.
Menjadi agen penjualan kain atau baju ke arisan-arisan yang ada.

BISNIS DI BIDANG ILMU PENGETAHUAN

Menjual buku, majalah atau tabloid bekas
Membuka rental komik atau buku-buku pengetahuan di garasi rumah
Membuka rental terjemahan dan mengedit naskah-naskah buku
Membuka kursus bahasa asing
Membuka les privat atau bimbingan belajar untuk anak SD, SMP, dan SMU
Jasa pembuatan kliping untuk pengarang, pengusaha terkenal, politikus, pejabat, dan artis.
Menjadi agen buku-buku laris

TESTIMONI BISNIS RUMAHAN

(Eva Yunita) Hobi = ide awal
Memulai usaha dari hobi bukan isapan jempol belaka. Kita memang pasti lebih semangat jika mengerjakan yang kita sukai. Sebelum memutuskan untuk membuat workshop sepatu sendiri di rumah, Amy mengaku sudah lama jatuh cinta pada sepatu.

“Karena senang sepatu, saya mulai memesan sepatu langsung ke pembuatnya. Maksudnya, sih, biar hemat. Kebetulan ada teman saya yang bisnisnya bikin sepatu. Enaknya, saya bisa mengaplikasikan ide-ide ‘nakal’. Ternyata pas saya pakai banyak yang pesan. Jadi, saya jual saja,” cerita Amy Zein.

Clara Endah Megawati menuangkan kecintaannya pada dunia busana dengan bertahun-tahun menekuni sekolah tata busana untuk meneruskan usaha konveksi milik orangtuanya. “Sejak dua tahun terakhir, saya mengambil alih usaha orangtua. Mereka sudah tua, sulit mencari klien, jadi sayalah yang meneruskan bisnis ini,” ujarnya.
Cerdas atur strategi
Untuk menambah semangat, Amy memberi reward untuk dirinya sendiri. “Setiap berhasil menjual 10 sepatu, saya mendapat satu sepatu untuk dipakai sendiri,” katanya mengenang. Ternyata jualannya laris manis!

“Nah, saya dapat ide waktu itu, kalau memang bisnis sepatu menguntungkan banget, kenapa jalur ekonominya nggak dipotong. Daripada cuma jadi marketing, mendingan saya yang bikin.” Amy mengaku strateginya ini tepat. “Saya lebih bisa mengontrol pembuatannya. Jumlahnya pun bisa lebih banyak. Selain itu saya makin bebas berkreasi model sepatu.”

Clara pun nggak puas hanya mengurus konveksi. “Saya ingin menyalurkan bakat seni dengan membuat kebaya pengantin,” ujarnya. Clara pun mendirikan butik yang masih berlokasi di rumahnya. Beda dengan usaha konveksi, butik ini dirintis Clara dari nol. CC

Saya seorang ibu rt biasa, ingin memberi sedikit pengalaman yang mungkin bisa menjadi inspirasi bagi rekan2 lain yang ingin buka usaha dan masih ragu memulainya…..Saya baru memulai usaha hmpr 2 bulan, tepatnya sejak tanggal 24 Okt 07, berjualan apa saja…dari pakaian wanita, mukena, baju anak, batik,jilbab, dll…Bermula secara spontan tanpa banyak pertimbangan, dari niat membantu seorang teman yang ingin usaha tapi tak punya modal, jadi saya bantu dengan produk2 yang saya beli grosiran dari jakarta (kebetulan saya sering mondar mandir jakarta-semarang), lalu dia jual ke kantor dengan sistem cash maupun credit max 2bulan. Dari satu teman,berlanjut ada teman lain yang jg mau menjual barang2 saya , bahkan saya tawarkan ke guru anak saya…terus begitu hingga ada 5 orang yang saya percaya yang mau menjualkan barang2 saya. Karena target saya bulan pertama hanya baru "mencari pasar", saya hanya mengambil keuntungan sangat minim dan membiarkan mereka menentukan harga penjualannya.
Satu bulan pertama, berdasarkan pantauan dari teman2 marketing atas produk yang diinginkan pasar, saya selalu mendatangkan produk2 baru tiap hari senin dan/rabu dan merolling produk2 tersebut setiap hari jumat ke masing2 marketing…sehingga produk tidak terlalu lama dipegang oleh 1 marketing dan variasi produk bisa dinikmati semua marketing dengan adil.. Genap 1 bulan, semua produk dikembalikan pada saya, saya istilahkan "opname produk" jg hari untuk setor hasil penjualan, sehingga saya bisa menghitung secara tepat omzet dan profit saya dalam satu bulan…sungguh terkejut saya mendapatkan omzet yang 4x lipat dari target yang saya rencanakan…, dan jumlah produk yang terjual mancapai 200pcs, shg saya berkesimpulan: dari modal yang saya keluarkan, bila bulan2 berikutnya dapat saya (dan teman2) pertahankan, saya cukup optimis dalam 2-3 bulan akan bisa tercapai BEP,.. Padahal saya memulai usaha setelah lebaran, dimana sebenarnya pasar biasanya kurang bergairah…tapi ternyata sistem yang saya jalankan cukup efektif karena "menjemput bola"…walaupun terus terang saya hampir tidak mengeluarkan "keringat" karena saya hanya memanage saja, memberi sedikit training dan tentunya menerapkan open managemen…tak akan tercapai kesuksesan bila tanpa kerjasama yang baik dan ikatan yang kuat antar personal…sebagai ibu yang punya anak batita, tentunya waktu saya jd masih cukup banyak untuk mengurus keluarga. Semoga pengalaman saya membawa inspirasi dan semangat untuk yang membutuhkan…terutama bagi ibu2 rt yang lain,…